Tikus sawah ( Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)
merupakan hama utama padi yang dapat menimbulkan
kerusakan besar pada semua stadium pertumbuhan
padi dari semai hingga panen, bahkan juga di gudang
penyimpanan. Tikus merusak tanaman padi mulai dari
tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir (Gb-
1A.), dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan
pada keadaan serangan berat. Kerusakan parah terjadi
jika tikus menyerang padi pada stadium generatif,
karena tanaman padi tidak mampu lagi membentuk
anakan baru (Gb-1 B & C).
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang
hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul-tanggul
irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah
perkampungan dekat sawah. Selama periode sawah
bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah
perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke
sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif.
Kehadiran tikus di daerah persawahan dapat dideteksi
dengan memantau keberadaan jejak kaki ( foot print),
jalur jalan (run way), kotoran/feses, lubang aktif, dan
gejala serangan. Tikus berkembang biak sangat cepat
dengan jumlah anak rata-rata 10 ekor setiap kelahiran.
Perkembangbiakan hanya terjadi pada periode padi
generatif. Satu ekor tikus betina dapat menghasilkan
80 ekor tikus generasi baru dalam satu musim tanam
Cara Pengendalian
Pengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT), yaitu
pendekatan pengendalian yang didasarkan pada
pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara
dini (dimulai sebelum tanam), intensif dan terus
menerus dengan memanfaatkan teknologi
pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.
Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara
bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi
dengan cakupan sasaran pengendalian dalam skala
luas (hamparan).
Tabel Kegiatan pengendalian hama dan tikus sesuai dengan stadium pertumbuhan padi
Tikus
Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
15
Gb-1. Ciri khas petak sawah diserang tikus (A), kerusakan padi stadia vegetatif (B) & generatif (C)
Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal
musim tanam untuk menekan populasi tikus sejak awal
pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi.
Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal,
sanitasi habitat, pemasangan Trap Barrier System/
Sistem Bubu Perangkap (TBS) dan Linier Trap Barrier
System (LTBS). Gropyok dan sanitasi difokuskan pada
habitat-habitat tikus seperti tanggul irigasi, pematang
besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan
perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada
pesemaian dan pembuatan TBS dilakukan pada daerah
endemik tikus khususnya pada musim kemarau untuk
menekan populasi tikus pada awal musim tanam.
TBS merupakan unit pengendalian tikus yang
terdiri dari petak tanaman padi dengan ukuran minimal
20 x 20 m2 yang ditanam 3 minggu lebih awal dari
tanaman di sekitarnya. Tanaman perangkap dipagar
dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan
ajir bambu pada setiap jarak 1 m. Bubu perangkap
dipasang pada setiap sisi di dalam pagar plastik dengan
lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak
TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu
terisi air untuk mencegah tikus menggali atau
melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah
menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya
(hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang
ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga
dapat mengurangi populasi tikus sepanjang musim
tanam padi.
LTBS merupakan bentangan pagar plastik
sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap
pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga
mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan
sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat
tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi,
dan jalan sawah. LTBS juga efektif menangkap tikus
migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur
migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat
diarahkan masuk ke dalam bubu perangkap.
Fumigasi dengan asap belerang paling efektif
dilakukan pada saat tanaman padi stadium generatif.
Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah
sedang berada dalam lubang untuk beranak. Metode
tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta
anak-anaknya di dalam lubang. Rodentisida hanya
digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, dan
hanya akan efektif digunakan pada periode bera dan
stadium padi awal vegetatif. Selain itu perlu dilakukan
perlindungan terhadap pemangsa utama tikus seperti
burung hantu, ular dan garangan.
Pemasangan TBS LTBS pada habitat tanggul irigasi
16
Tangkapan tikus dari TBS Fumigasi asap belerang
Skema posisi pemasangan bubu perangkap pada LTBS
http://www.ziddu.com/download/8678037/pengendaliantikus.pdf.html